GEMARIKAN Asupan Protein Ikan atau Daging, yang Mana Lebih Dipilih?
Protein, lebih baik makan daging atau ikan yaaa? Untuk memenuhi asupan protein di dalam tubuh kita? Hmm, sebenarnya baik mana sih mengkonsumsi daging atau ikan? Kuy lah, kita kupas tentang asupan protein!
Ikan laut, sumber gizi protein yang mudah dikonsumsi
Ikan laut mengandung protein kualitas tinggi termasuk asam amino esensial untuk kesehatan tubuh yang membuatnya menjadi sumber protein yang baik. Selama ini makanan sumber protein yang begitu populer adalah daging, telur, dan susu. Protein dari ikan laut juga lebih mudah untuk dicerna karena jaringan ikat yang lebih longgar daripada daging sapi dan ayam ataupun bebek. Ini adalah salah satu alasan mengapa daging ikan laut sangat rapuh,dan mengelupas ketika dimasak. Karakteristik yang lain, daging ikan dapat dimakan tanpa dipotong atau diiris. Beberapa kelompok orang seperti lansia yang sedang kesulitan mengunyah dan mencerna makanannya, ikan laut dapat menjadi pilihan yang baik untuk tetap dapat memenuhi asupan protein mereka. Ikan laut yang biasa terdapat di pasar Indonesia antara lain, ikan tongkol, teri, makarel, sardines, kakap, kembung, cakalang, tenggiri, dan masih banyak lagi.
Protein dapat meningkatkan imunitas, bisakah?
Di masa pandemi, sowbat di rumah sangatlah dianjurkan untuk menjaga kekebalan tubuh. Namun tahukah jika protein dapat meningkatkan sistem imun? Melalui siaran pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Pengurus Dewan Pusat Perwakilan Persatuan Ahli Gizi (DPP Persagi) Triyani Kresnawan mengatakan pasien dalam pengawasan (PDP) COVID-19 yang dirawat di rumah sakit mengkonsumsi protein dengan rekomendasi tertentu terkait zat gizi selama proses perawatan. Ia mengatakan bahwa kebutuhan asupan protein bagi pasien yang terinfeksi akan lebih tinggi daripada kebutuhan orang normal. Pasien yang demam dengan suhu satu derajat di atas 37℃, menurut Triyani, membutuhkan tambahan energi 13 %.
Protein dapat mengoptimalkan imunitas dari tubuh dan mengganti jaringan yang rusak. Faktanya, protein membuat antibodi sebagai bala tentara sistem pertahanan tubuh. Sel tubuh juga memiliki masa hidup tertentu, setelah masa hidup terlewati, sel akan aus sehingga harus dirombak. Perombakan sel inilah yang membutuhkan protein yang cukup agar tidak terjadi penyusutan massa otot. Terlebih dalam keadaan infeksi, sel-sel tubuh akan dibajak oleh agen penyakit sehingga tidak lagi berkembang untuk kesehatan tubuh, melainkan untuk memperbanyak agen penyakitnya. Jadi, kalau ingin imunitas tubuh lebih kuat, asupan protein juga harus cukup (Minimal 1 gram/ kgBB) agar bahan baku untuk produksi antibodi mencukupi serta membantu memelihara sel tubuh.
Perbandingan protein ikan laut dan daging
Sowbat di rumah akan membutuhkan asupan protein untuk membentuk massa otot, juga sebagai “backup” sumber energi pengganti saat karbohidrat dan lemak tidak tersedia. Ikan laut dan daging memiliki protein yang sama namun memiliki perbandingan 7 gram protein tiap 1 ons. Maka jika kita mengkonsumsi 3 ons daging ataupun ikan laut, kita akan mendapatkan 21 gram protein. Namun begitu, telah banyak penelitian bahwa ikan laut lebih cardio-protective dibandingkan daging. Mengkonsumsi ikan dapat mengurangi kolesterol pada plasma dan meningkatkan kandungan HDL, mengubah komposisi asam lemak di hati, plasma, dan trigliserol dalam tubuh. Berbeda dengan mengkonsumsi daging hewan lain walaupun dengan jumlah protein sama, secara umum lebih banyak mengandung lemak jenuh sehingga tidak cocok untuk diet kolesterol.
Jadi, sowbat di rumah lebih pilih protein dari ikan laut atau daging? Jangan lupa asupan protein harus dilengkapi ya!
Referensi
Official Website:
Seafood Health Facts, Seafood Gate, Suara
Journals:
- Journal titled, “Panduan Praktis Untuk Apoteker Menghadapi Pandemi Covid-19” by IKATAN APOTEKER INDONESIA. Published by Jakarta: PT ISFI Penerbitan., on 2020.
- Journal titled, “Seafood proteins”. In: GO Phillips, PA Williams, editors. Handbook of food proteins by Tahergorabi R, Hosseini SV, Jaczynski J. Published by Cambridge, UK: Woodhead Publishing (p 116– 50) on 2002.
