Memasuki musim pancaroba di Indonesia, Sowbat pasti mulai lebih sering memerhatikan imunitas tubuh dan stok obat-obatan. Sebab selama peralihan cuaca, penyakit-penyakit infeksi seperti flu dan radang tenggorokan memang lebih sering bermunculan. Saat terserang penyakit infeksi, dokter biasanya akan memberikan obat-obatan pereda gejala disertai dengan antibiotik.
Kamu mungkin sering bertanya-tanya tentang alasan dokter meresepkan antibiotik bercatatkan “HARUS DIHABISKAN”. Padahal, terkadang dalam waktu 2-3 hari kamu sudah merasa sembuh dan tidak memerlukan obat lagi. Jadi, mengapa antibiotik diwajibkan untuk dihabiskan, tidak seperti beberapa jenis obat lain? Simak penjelasan di bawah ini, biar kamu lebih paham!
Apa Itu Antibiotik?
Antibiotik adalah golongan obat yang bekerja melawan proses infeksi dan aktivitas organisme, dalam hal ini adalah mikroba. Antibiotik menyerang mikroba melalui dua cara umum, yakni:
Membunuh bakteri (bactericidal)
Antibiotik dapat membunuh bakteri langsung dengan cara merusak sel atau bagian-bagian tubuh bakteri tersebut. Sehingga, tidak ada kesempatan untuk bakteri berkembang menjadi banyak.
Menghambat atau menghentikan aktivitas bakteri (bacteriostatic)
Bakteri dapat membelah diri menjadi banyak dan berkoloni dengan sangat cepat. Dengan antibiotik, proses perkembangan koloni bakteri akan dihambat, sehingga sistem imun lebih mudah memakan sel bakteri yang sedikit.
Infeksi bakteri pada umunya dapat sembuh dengan sendirinya dengan mekanisme pertahanan tubuh. Namun, beberapa kasus infeksi memerlukan bantuan antibiotik untuk mempercepat proses penyembuhan. Dan kamu perlu ingat bahwa antibiotik tidak berefek pada virus, melainkan hanya bekerja pada bakteri, jamur, dan beberapa parasit. Karena itu, obat ini tidak akan manjur mengatasi penyakit infeksi seperti influenza, DBD, hepatitis, dan lainnya yang disebabkan oleh virus.
Mengapa Antibiotik Wajib Dihabiskan?
Ketika kamu mengonsumsi antibiotik pertama kali bakteri akan menjadi lemah, sehingga proses infeksi pun akan terhambat. Pada saat itu lah kamu akan merasa sudah sembuh, dan cenderung mengabaikan obat yang tersisa. Padahal, saat kamu menghentikan pengobatan antibiotik sebelum waktu dan jumlah yang ditentukan, hal-hal berbahaya dapat terjadi di antaranya:
1. Obat tidak bekerja optimal karena belum mencapai dosis efektif
2. Sisa bakteri yang masih hidup akan tumbuh lagi
3. Gejala dan proses infeksi kambuh kembali
4. Bakteri menjadi resisten antibiotik
5. Proses penyembuhan lebih lama dan sulit
Baca juga:
WHO: Resistensi Antibiotik = Ancaman Kesehatan Terbesar
Begini Cara Baca Aturan Minum Obat yang Tepat!
Domperidone: Manfaat dan Keamanannya untuk Ibu Hamil & Menyusui
Bahaya Bakteri Resisten Antibiotik
Resistensi antibiotik merupkan salah satu efek jangka panjang penggunaan obat yang salah. Saat bakteri yang resisten menginfeksi, penderitanya akan sulit disembuhkan karena tidak ada lagi obat yang dapat mengatasi infeksi. Angka kematian akibat resistensi antimikroba bahkan mencapai lebih dari 700.000 kasus tiap tahun. Perkembangan resistensi antibiotik pada dekade ini meningkat sangat cepat. Bahkan generasi antibiotik yang baru ditemukan pun sudah beredar bakteri resistennya hanya dalam periode 1-2 tahun. Jika tidak segera ditangani, UN Interagency Coordination Group juga memprediksi angka kematian akan mencapai 10 juta kasus di tahun 2050. Wah, ngeri banget ya, Sowbat!
Dari penjelasan di atas, Sowbat pasti jadi lebih paham pentingnya menggunakan antibiotik dengan bijak, kan? Mulai dengan lebih memerhatikan aturan pakai obat, menghabiskan antibiotik, dan selalu konsultasi ke dokter disertai pemeriksaan lab sebelum menggunakan antibiotik, ya! Yuk, ajak orang-orang terdekatmu untuk lebih peduli dengan penggunaan obat yang tepat!