Ternyata Ini Lho, Penyebab Kelebihan Hormon Tiroid!

Goapotik
Publish Date • 06/08/2022
Share image facebook goapotikimage twitter goapotikimage whatsapp goapotik
Ternyata Ini Lho, Penyebab Kelebihan Hormon Tiroid!

Apakah sowbat pernah mendengar dan memahami apa itu hormon Tiroid? Hormon satu ini memang jarang kita perhatikan. Namun fungsinya, sangat luar biasa bagi tubuh kita. Bahkan beberapa penyakit umum, ditimbulkan akibat hormon tiroid. Pria maupun wanita, kita semua memiliki hormon spesial satu ini. Yuk, cari tahu informasinya lebih lanjut melalui artikel ini!

Pengertian Tiroid  

Tiroid adalah salah satu bagian tubuh yang sangat penting bagi manusia. Tiroid berbentuk serupa kelenjar dan terletak di bawah jakun pada leher. Tiroid merupakan kelenjar endokrin terbesar dalam tubuh yang berbentuk seperti kupu-kupu. Fungsi kelenjar tiroid adalah untuk menghasilkan hormon tiroid yang berguna dalam menjaga metabolisme tubuh. 

Perbedaan Hipertiroid dan Hipotiroid

Tidak hanya itu, hormon tiroid juga berfungsi dalam meningkatkan jumlah oksigen pada sel dan merangsang jaringan tubuh dalam menghasilkan protein. Jika sowbat pernah mendengar penyakit gondok, ternyata penyakit gondok disebabkan karena adanya gangguan pada kelenjar tiroid. Menurut jumlahnya, ada dua jenis gangguan tiroid yang dapat muncul yaitu hipertiroid dan hipotiroid. Hipertiroid adalah kondisi saat kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan. Sedangkan hipotiroid kebalikannya, kelenjar tiroid bekerja dengan kurang optimal.

Cara Kerja Hormon Tiroid

Mekanisme kontrol hormon tiroid, T3 dan T4 menghambat peningkatan sekresi TSH pada kelenjar hipofisis. Bila sekresi TSH meningkat, maka sekresi T3 dan T4 meningkat, dan ini akan mengakibatkan mekanisme kerja tiroid juga akan meningkat. 

Tiroglobulin adalah precursor T3 dan T4. Protein ini merupakan molekul berukuran besar yang disintesis di bagian basal sel, kemudian bergerak ke tempat protein ini disimpan dalam tiroid ekstra sel, dan kemudian masuk kembali ke dalam sel serta bergerak dari apical ke basal selama proses hidrolisisnya menjadi hormone T3 dan T4 yang aktif. 

Semua tahapan tersebut ditingkatkan oleh hormon perangsang tiroid yang disebut TSH (Thyroid Stimulating Hormone), yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar pituitary. Peningkatan produksi TSH menyebabkan peningkatan jumlah tiroksin. Akan tetapi, peningkatan jumlah tiroksin dalam aliran darah akan menekan produksi TSH. Sistem homeostatis yang baik ini, menjamin suplai tiroksin yang mantap. Namun bila iodium dalam makanan tidak cukup bagi tiroid untuk mensintesis tiroksin, mekanisme control ini terhenti. 

Kelenjar pituitary tidak dihambat, dan dengan demikian menghasilkan jumlah TSH yang lebih banyak. Hal ini selanjutnya merangsang kelenjar tiroid untuk bekerja lebih giat, meskipun hanya mempunyai sedikit atau tanpa iodium. Akibatnya kelenjar menjadi besar dan mengakibatkan gondok.

Gejala Klinis akibat Gangguan Hormon Tiroid 

Gangguan hormon tiroid yang dimaksudkan adalah kekurangan dan kelebihan hormon tiroid. Untuk itu, di sini akan dijelaskan secara rinci gejala klinis yang diakibatkan karena kekurangan maupun kelebihan hormon tiroid.

1. Kekurangan Hormon Tiroid (Hipotiroidisme)

Hipotiroidisme terjadi bila kelenjar tiroid tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan hormon tiroid. Penyebab munculnya hipotiroidisme antara lain:

  1. Tiroiditis hashimoto. Pada kasus ini sistem kekebalan tubuh menghasilkan antibodi yang dapat merusak jaringan kelenjar tiroid. Akibatnya, kelenjar ini tidak dapat memproduksi hormon tiroid dalam jumlah yang cukup.

  2. Kekurangan mengonsumsi yodium dari makanan

  3. Pengangkatan kelenjar tiroid

  4. Terapi radioaktif dengan yodium

  5. Infeksi bakteri dan virus

  6. Obat-obatan seperti lithium karbonat, amiodarone hidroklorida  dan interferon alfa

  7. Adanya gangguan pada kelenjar pituitari atau hipotalamus yang mengontrol kerja kelenjar tiroid

  8. Hipotiroidisme yang terjadi pada masa kehamilan, yang berakibat pada kekurangan hormon tiroid pada bayinya.

Bila ditinjau dari permulaan munculnya, hipotiroidisme dapat terjadi sebelum masa dewasa, bahkan sejak lahir, maupun setelah masa dewasa. Hipotiroidisme yang terjadi sebelum masa dewasa atau sejak lahir, mengakibatkan kretinisme (kerdil). Kretinisme adalah kondisi akibat hipotiroidisme ekstrim yang diderita selama kehidupan janin, bayi dan anak-anak. 

Kondisi tersebut ditandai dengan gagalnya pertumbuhan fisik dan mental. Kegagalan pertumbuhan fisik (dwarfisme) disebabkan oleh karena kegagalan pertumbuhan tulang. Sedangkan, kegagalan pertumbuhan mental (retardasi mental) disebabkan karena gagalnya otak untuk dapat berkembang secara penuh. Hal ini dapat terjadi karena gangguan pertumbuhan kelenjar tiroid secara congenital. Sehingga kelenjar tiroid gagal memproduksi hormon tiroid akibat defisiensi genetic pada kelenjar, atau karena kurangnya iodium karena diet, iodium sendiri sangat diperlukan untuk sintesis hormon Tiroksin. 

Hipotiroidisme yang terjadi pada bayi baru lahir, dapat memperlihatkan gejala-gejala berupa nafsu makan rendah, sering tersedak saat menyusu, berat dan tinggi badan tidak normal  sembelit, susah bernafas, tangis parau, kulit kuning, lesu, perut buncit, pusat bodong, alat kelamin serta tangan dan kaki bengkak, dan kulit teraba dingin. 

Selanjutnya, penderita kretinisme memiliki gejala klinis berupa warna kulit kekuning-kuningan, suhu tubuh rendah, rambut dan kulit kering, bicaranya lamban, perut buncit, tubuh lesu, dan denyut jantung lambat karena metabolisme karbohidrat yang lambat. 

Penanganan dapat dilakukan dengan memberikan tiroksin sejak dini secara teratur. Apabila pengobatan terlambat setelah gejala menjadi parah, maka pengobatan tidak banyak memberikan hasil. Hipotiroidisme yang terjadi pada usia dewasa menyebabkan suatu keadaan yang disebut myxedema. Tanda-tandanya adalah wajah sembab dan bengkak, denyut nadi dan jantung lambat, suhu tubuh rendah, mudah demam, rambut dan kulit kering, otot lemah, tubuh lesu dan efek jangka panjangnya adalah pembesaran jantung akibat peningkatan kerja jantung secara berlebihan. Penderita myxedema tidak mengalami kemunduran mental, tetapi pada kasus yang lebih parah, penderita menjadi kurang aktif dan kurang responsif.

2. Kelebihan Hormon Tiroid (Hipertiroidisme)

Hipertiroidisme dikenal juga dengan tirotoksikosis. Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik akibat peningkatan hormon tiroid secara berlebihan. Bentuk tersering adalah penyakit grave (gondok eksoftalmus). Pada penyakit grave, tiroid membesar dan hiperplastik secara difus dan terjadi penonjolan bola mata yang disebut eksoftalmus.  

Hipertiroidisme terjadi bila terdapat sekresi tiroksin secara berlebihan. Kondisi ini dapat menyebabkan pertumbuhan tubuh tidak dapat dikendalikan (pertumbuhan raksasa, gigantisme). Apabila kelebihan hormon tiroksin terjadi setelah masa dewasa, maka akan berakibat meningkatnya metabolisme tubuh, meningkatnya denyut jantung, gugup, intoleransi terhadap panas, berkeringat banyak, berat badan berkurang, diare, kelemahan otot, cemas dan kelainan psikis lainnya, mudah lelah, susah tidur dan tremor pada tangan. Hipertiroidisme ini dapat dikurangi dengan pemberian obat anti tiroid, dengan cara memberikan yodium radioaktif yang dapat menghancurkan sebagian sel-sel tiroid


Berikut ini adalah faktor risiko penyakit/gangguan tiroid yang dapat mencetuskan penyakit gangguan tiroid:

  1. Usia. Pria dan wanita yang berusia diatas 60 tahun semakin berisiko terjadinya hipotiroid dan hipertiroid

  2. Jenis kelamin. Ketimbang pria, wanita lebih berisiko terhadap gangguan tiroid

  3. Genetik. Diantara banyak faktor penyebab autoimunitas terhadap kelenjar tiroid, faktor genetis dianggap merupakan faktor pencetus utama

  4. Merokok. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan kekurangan oksigen di otak dan nikotin dalam rokok dapat memacu peningkatan reaksi inflamasi dalam tubuh

  5. Stress. Depresi atau stress yang berlebihan juga berkorelasi dengan antibodi terhadap antibody TSH-reseptor

  6. Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan autoimun

  7. Riwayat penyakit keluarga yang ada hubungan dengan kelainan autoimun merupakan faktor risiko hipotiroidisme tiroiditis autoimun

  8. Zat kontras yang mengandung iodium

  9. Hipertiroidisme terjadi setelah mengalami pencitraan menggunakan zat kontras yang mengandung iodium

  10. Obat-obatan yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit tiroid (Amiodaron, lithium karbonat, aminoglutethimide, interferon alfa, thalidomide/betaroxime, stavudine

  11. Lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat.


Sumber referensi:

  1. Sartika,Devi., Yupianti. Klasifikasi penyakit tiroid menggunakan algoritma C4.5 (Studi kasus: Rumah sakit umum daerah (RSUD) Hasanuddin Damrah Manna)., Journal of Science and Technology., Rekayasa 2020; 13(1): 71-76. Universitas Dehansen Bengkulu.

  2. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. InfoDATIN: Situasi dan Analisis Penyakit Tiroid. 25-31 Mei., ISSN 2442-7659. 

  3. Wahyuni S, Dira., Irfani, Fasihah., Nasution,Iskandar., Dhanu,Rusli. Hubungan Tingkat Thyroid Stimulating Hormone dengan fungsi Kognitif. Departemen neurologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Medan. 2019.

  4. Kuliah Psikologi Faal. Diakses di: digibility.uinsby.ac.id