5 Jenis Kanker yang Bisa Menjadi Silent Killer Si Kecil. Waspadai Gejalanya!

Goapotik
Publish Date • 03/01/2020
Share image facebook goapotikimage twitter goapotikimage whatsapp goapotik
5 Jenis Kanker yang Bisa Menjadi Silent Killer Si Kecil. Waspadai Gejalanya!

5 Jenis Kanker yang Bisa Menjadi Silent Killer Si Kecil. Waspadai Gejalanya!


Kanker pada anak memang merupakan salah satu penyakit yang sangat ditakutkan oleh para orang tua. Kanker yang diderita oleh pasien usia balita dan anak cenderung muncul secara tidak terduga, karena gejalanya yang mirip dengan penyakit ringan. Selain itu, faktor risiko yang tidak bisa diubah juga menjadi salah satu kesulitan utama pencegahan kanker anak karena biasanya terjadi akibat mutasi genetik. Kementerian Kesehatan RI juga melaporkan, kasus baru kanker anak hingga tahun 2013 menembus angka 11.000 per tahun. Inilah yang membuat banyak Mums and Dads lebih awas dengan kondisi kesehatan anak, terutama jika keluarga memiliki riwayat penyakit turunan. Berikut ini penjelasan terkait faktor penyebab, dan gejala kanker pada anak, serta beberapa jenis kanker yang perlu Mums and Dads waspadai.



Definisi Kanker dan Faktor Penyebabnya pada Anak

Kanker merupakan salah satu penyakit degeneratif dan tidak menular yang paling berbahaya di dunia. Penyakit ini merupakan kelainan yang ditandai dengan perkembahan sel tidak normal yang bersifat merusak sistem dan fungsi fisiologis tubuh. Beberapa jenis kanker dapat bersifat ganas alias cepat menyebar dan berkembang, sehingga cenderung menyebabkan kerusakan dan berbagai komplikasi yang lebih berat hingga kematian. 

Kasus kanker di dunia cukup signifikan terjadi pada usia anak. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menamakan kanker yang terjadi pada anak di bawah usia 18 tahun sebagai “childhood cancer”. International Agency for Research on Cancer menyatakan bahwa 1 dari 600 anak di dunia dapat menderita kanker sebelum usia 16 tahun. Di Indonesia sendiri, sekitar 30% kasus kanker pada anak adalah leukemia atau kanker sel darah putih.

Kanker yang terjadi pada orang dewasa pada umumnya dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti, merokok, kecanduan alkohol, paparan bahan adiktif, dan lainnya. Sehingga,  sel-sel tubuh cenderung berkembang menjadi abnormal membentuk suatu tumor ataupun kanker. Sementara pada balita dan anak, kanker terjadi melalui pemicu dan pola yang berbeda, yaitu melalui mutasi genetik yang bersifat turunan atau bawaan lahir sejak anak masih di dalam kandungan. Mutasi gen berperan menghilangkan kemampuan sel untuk menghambat pertumbuhan sel menjadi abnormal. Oleh karena itu, sifat kanker pada anak lebih sulit diprediksi dan dicegah.



Top 5 Jenis Kanker Terbanyak Pada Anak

1. Leukemia (Kanker Sel Darah Putih)

Leukemia merupakan jenis kanker yang terjadi pada sel darah putih dan sumsum tulang yang menjadi tempat pematangan sel darah. Leukemia didiagnosa ketika ditemukan sel darah putih yang tidak normal dalam jumlah yang melebihi batas normal pula, bahkan melebihi sel darah merah dan keping darah. Sel darah putih (leukosit) yang abnormal ditunjukan dengan ciri umum seperti, berbentuk lebih besar, sel belum matang, dan bersifat agresif dengan menghancurkan sel-sel sehat lain di sekelilingnya.

Leukemia merupakan salah satu jenis kanker yang sering terjadi pada balita dan anak-anak. Sebesar 30 persen kasus kanker darah tercatat dari keseluruhan kasus kanker pada anak. Di Indonesia sendiri, salah satu kasus yang cukup menghebohkan adalah kanker darah yang menyerang putri Denada (selebriti dan penyanyi Indonesia), yakni Shakira Aurum. Yang mengkhawatirkan, leukemia yang paling banyak menyerang anak adalah jenis leukimia limfositik akut dan leukemia myelogenous akut, yang bersifat agresif, sehingga seringkali dibutuhkan penanganan yang sangat intensif.

Menurut American Cancer Society, gejala umum serangan leukemia pada anak meliputi, nyeri tulang dan sendi, anak cepat kelelahan, munculnya memar-memar tanpa sebab. Dalam jangka waktu tertentu ditemukan pula penurunan berat badan, pembengkakan perut, kulit mejadi pucat (karena kehilangan sel darah merah), demam, hingga pendarahan (karena kehilangan keping darah). Harapan hidup kanker darah pada anak dilaporkan mencapai 65-70 persen dalam periode 5 tahun setelah terdiagnosa.


2. Tumor dan Kanker Pada Sistem Saraf Pusat

Apakah Si Kecil pernah menunjukan kondisi sakit kepala hebat, perasaan mual hingga muntah, pandangan kabur, kejang-kejang, maupun kesulitan berjalan dan linglung yang berlangsung cukup lama? Jika pernah, orang tua sebaiknya segera memeriksakan kondisi tersebut pada dokter. Karena, gejala tersebut bisa jadi mengindikasikan adanya gangguan di sistem saraf pusat, mulai dari cederar ringan, infeksi mikroba, hingga tumbuhnya tumor dan kanker.

Tumor dan kanker otak ataupun sumsum tulang belakang telah menyerang anak dengan prevalensi sebesar 26 persen dari keseluruhan kasus kanker pada usia anak. Dilansir dari American Cancer Society, sel tumor sebagian besar bermula dari bagian bawah otak yakni otak kecil (cerebellum) dan batang otak, kemudian dapat menyebar menuju tulang belakang. Karena sel tumor menyerang sistem saraf pusat, dampak yang dihasilkan tentunya berkaitan dengan gangguan motorik seperti, menurunnya kemampuan motorik (berjalan, memegang benda, berbicara, dan lain-lain), buramnya penglihatan anak, gangguan koordinasi dan berpikir, bahkan dalam kasus berat dapat menimbulkan kelumpuhan

Insiden penyakit ini terjadi lebih tinggi pada anak usia di bawah 7 tahun. Faktor seperti kelainan bawaan, serta paparan radiasi di area kepala selama kehamilan dan usia balita, dapat pula meningkatkan risiko tumor otak. Sementara itu, walaupun jenis tumor dan kanker ini merupakan no. 2 yang paling sering menyerang anak, tingkat harapan hidup penyakit ini ternyata cukup baik. Berdasarkan laporan American Childhood Cancer Organization, sebanyak 3 dari 4 anak-anak yang terdiagnosa tumor atau kanker otak dapat hidup lebih dari lima tahun. 


3. Neuroblastoma

Sebanyak 6-8 persen dari kasus kanker yang menyerang anak, ternyata adalah neuroblastoma. Sebenarnya insiden ini termasuk langka pada orang dewasa. Alasannya, neuroblastoma disebabkan oleh mutasi genetik yang terjadi pada sel saraf imatur (belum matang) atau neuroblas, yang berkembang pada embrio atau janin. Oleh karena itu, rata-rata usia anak yang mengalami kondisi ini yaitu 2-5 tahun, dan sangat jarang terjadi setelah menginjak usia 10 tahun. Anak laki-laki juga lebih sering mengalami neuroblastoma dibandingkan anak perempuan.

Sel atau jaringan saraf yang menjadi kanker seringkali berkembang di kelenjar adrenal. Namun, dapat juga menyebar atau terbentuk di perut, panggul, sumsum tulang belakang, leher, dan organ-organ vital lainnya. Maka dari itu, gejala-gejala yang muncul pun bergantung pada lokasi kanker berkembang. Pembengkakan atau benjolan di bawah kulit merupakan salah satu gejala yang paling mudah terlihat. Gejala umum lainnya adalah nyeri pada area tertentu (misal di perut dan tulang), memar di area mata, sulit menelan, sesak napas, hipertensi, gangguan berjalan, sembelit dan diare, gerakan otot yang tersentak-sentak, dan lainnya.


Baca juga:

Benarkah Peluang Hidup atau Sembuh Leukemia Sangat Rendah?

Apakah Novel Coronavirus Lebih Fatal Daripada SARS, dan MERS Co-V?


4. Wilms Tumour (Nephroblastoma)

Nephroblastoma atau yang lebih dikenal sebagai tumor Wilms, merupakan jenis kanker yang menyerang salah satu atau kedua ginjal. Kondisi ini mencakupi sekitar 5 persen dari total kasus yang terjadi pada anak, dan umumnya ditemukan pada anak usia 3 sampai 4 tahun. Menurut American Cancer Society, gejala nefroblastoma yang paling terlihat adalah benjolan atau pembengkakan pada perut (dekat area ginjal), adanya darah pada urin, munculnya demam, serta anak sering merasa mual, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Meskipun kasus ini dianggap berbahaya, tingkat harapan hidup penderitanya ternyata cukup tinggi, yakni sebesar 95-100 persen pada penderita di stadium I hingga III, dan 85 persen pada stadium IV.


5. Limfoma

Limfoma merupakan kelainan yang terjadi pada sel limfosit yang merupakan sel imunitas. Sel kanker ini dapat menyerang organ limfatik seperti kelenjar getah bening dan nodus limfa yang terletak di leher, ketiak, dan sekitar selangkangan. Bahkan, sel kanker ini juga dapat menyerang sumsum tulang dan organ lainnya.  Kanker jenis ini dibagi menjadi kanker limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin.

Limfoma non-Hodgkin terjadi sebanyak 5 persen dari seluruh kasus kanker pada anak, dan lebih sering ditemukan pada anak usia di atas 3 tahun. Sementara itu, limfoma Hodgkin terjadi hingga 3 persen dari total kasus kanker anak. Ketika sel kanker menyebar, anak akan menunjukan gejala-gejala fisik seperti munculnya beberapa benjolan yang tidak nyeri di bawah kulit terutama di area leher, ketiak, dan selangkangan, yang merupakan pertanda adanya pembengkakan kelenjar getah bening. Gejala lainnya adalah seringnya anak merasa kelelahan, berkeringat berlebih, dan penurunan berat badan.


Itulah 5 jenis kanker yang dapat terjadi pada anak, terutama usia balita, Mums and Dads. Merenungi kasus di atas, sudah saatnya kita lebih waspada dengan kondisi-kondisi yang terjadi pada Si Kecil. Hal-hal yang mungkin kita anggap sepele, bisa jadi merupakan pertanda awal serangan penyakit serius. Tetap terapkan pola hidup sehat di dalam keluarga, jaga imunitas anak dan keluarga, serta rutin melakukan medical check-up setidaknya setahun sekali, sebagai tindakan preventif terbaik penyakit-penyakit yang mengancam nyawa keluarga tercinta, Sowbat!





Referensi: American Childhood Cancer Organization, American Cancer Society, HelloSehat, CNN Indonesia, IDN Times, Nutriclub