Masyarakat sering khawatir dan takut apabila kondisi kadar gula darah meningkat drastis atau biasa disebut dengan kondisi hiperglikemia. Eits tapiiii, ternyata kondisi dimana kadar gula darah menurun drastis itu semakin berbahaya lho sowbat! Gimana sih kok bisa seperti itu?
Hipoglikemia (Kadar gula darah meningkat) dan hipoglikemi (Kurangnya kadar gula darah) merupakan istilah yang sering dikaitkan dengan penyakit Diabetes Mellitus atau DM. Suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah yang disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin (fungsi insulin tidak optimal). Insufisiensi insulin ini dapat disebabkan karena berkurangnya produksi insulin oleh sel penghasilnya yaitu sel Langerhans kelenjar beta pankreas, dan dapat pula disebabkan karena kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin atau yang dikenal dengan “resistensi insulin”.
Berdasarkan DiPiro et al (2015), Diabetes mellitus sendiri dibagi menjadi 2 tipe yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 1 biasanya terjadi sejak masa anak-anak atau awal dewasa yang disebabkan karena proses autoimun yang menghancurkan sel beta pankreas sehingga terjadi defisiensi insulin absolut. Sedangkan untuk DM tipe 2 umum disebabkan karena kombinasi dari resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif.
Mengenal Hiperglikemia
Istilah Hiperglikemia digunakan untuk menggambarkan kondisi pasien DM akibat dari insufisiensi insulin maupun resistensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa pada sel menurun sehingga kadar glukosa pada plasma tinggi. Umumnya pasien DM akan diberi terapi pengobatan antidiabetes oral hingga injeksi insulin eksogen tergantung dari tingkat keparahannya. Khusus untuk pasien DM tipe 1 pengobatan yang digunakan ialah injeksi insulin karena tidak terbentuknya insulin dalam tubuh secara absolut akibat rusaknya sel pankreas. Terapi oral umum digunakan untuk pasien yang mengalami DM tipe 2.
Pengobatan pasien DM menggunakan obat anti diabetes bertujuan untuk mengontrol kadar gula darah dengan beberapa mekanisme yaitu meningkatkan sensitifitas insulin yang merupakan cara kerja obat golongan biguanid (metformin) dan stimulasi sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Salah satu contoh obat yang bekerja dengan menstimulasi sekresi insulin ialah obat golongan sulfonilurea seperti glibenklamid dan glimepirid. Karena mekanismenya yang meningkatkan sekresi insulin, efek samping yang umum terjadi pada penggunaan obat sulfonilurea adalah hipoglikemi.
Bagaimana dengan Hipoglikemi?
Hipoglikemi merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi pada pasien DM yang tidak terkontrol ditandai dengan rendahnya kadar glukosa plasma pasien kurang dari 50 mg/dl (Depkes RI, 2005). Seseorang mengalami hipoglikemi ditandai dengan rasa pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-kunang hingga gelap, berkeringat dingin, detak jantung tidak beraturan hingga menyebabkan hilangnya kesadaran. Hipoglikemi ini cenderung sering terjadi pada pasien DM tipe 1 yang menggunakan injeksi insulin. Hipoglikemi bersifat akut atau dapat terjadi dalam waktu yang singkat sehingga cukup berbahaya bagi pasien DM.
Hipoglikemi umum terjadi pada pasien DM yang terlupa atau sengaja meninggalkan makan, makan terlalu sedikit atau lebih sedikit dari yang telah dianjurkan oleh dokter maupun ahli gizi, pasien yang berolahraga terlalu berat serta pasien yang mengkonsumsi obat antidiabetes atau injeksi insulin lebih banyak dari yang seharusnya. Beberapa pasien DM merasa cemas dan khawatir untuk makan karena takut kadar gula darahnya akan naik sehingga mereka berpikir untuk tetap mengkonsumsi obat antidiabetes namun tidak diiringi dengan makan makanan yang cukup agar gula darahnya turun.
Fakta di lapangan!
Pasien DM kurang memperhatikan resiko terjadinya hipoglikemi karena asumsi bahwa ketika kadar gula darah tinggi maka harus diturunkan secepat mungkin dan serendah mungkin. Padahal gula darah yang terlalu rendah justru akan sangat berbahaya karena dapat menyebabkan hilangnya kesadaran hingga meninggal dunia apabila tidak ditangani dengan baik. Pada pasien yang mengalami hipoglikemi, kadar glukosa yang rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak dapat berfungsi dan menyebabkan kerusakan.
Cara untuk mengontrol dan mencegah komplikasi hipoglikemi
Melihat efek dari sindrom hipoglikemi yang cukup berbahaya dimana bersifat akut dan dapat menyebabkan kematian, perlu adanya edukasi dan pemantauan kepada pasien DM agar dapat mengontrol gula darahnya dengan baik. Terdapat beberapa tips yang dapat dilakukan agar dapat mengontrol gula darahnya dan mencegah komplikasi hipoglikemi yaitu:
Konsumsi makanan sesuai dengan aktivitas yang dilakukan. Jangan mengkonsumsi makanan yang terlalu sedikit ketika aktivitas yang akan dilakukan berat. Konsumsilah makanan yang cukup diiringi dengan konsumsi obat teratur sesuai dengan anjuran dokter.
Batasi konsumsi minuman keras atau hindari sama sekali. Berdasarkan penelitian Tetzschner pada tahun 2017 menjelaskan bahwa konsumsi alkohol merupakan salah satu faktor risiko penyebab hipoglikemi pada pasien DM akibat penghambatan glukoneogenesis. Glukoneogenesis merupakan salah satu mekanisme tubuh untuk menjaga keseimbangan kadar gula darah plasma dengan mensintesis glukosa dari senyawa bukan karbohidrat seperti asam laktat dan asam amino yang terjadi di organ hati. Konsumsi alkohol selain menghambat glukoneogenesis juga memberi dampak yang buruk terhadap fungsi hati.
Pantau kadar gula darah anda secara berkala. Pemantauan kadar gula secara berkala di rumah penting untuk mengetahui kondisi tubuh sehingga dapat menjadi alarm pengingat apabila kadar gula sudah terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Kenali gejala hipoglikemi yang muncul seperti pusing, gemetar, tubuh merasa lemas, dan keringat dingin. Apabila telah merasakan beberapa gejala tersebut maka pasien dianjurkan untuk melakukan pengatasan hipoglikemi seperti konsumsi air gula atau makanan manis. Larutan gula dapat dibuat dengan melarutkan 2 sendok makan gula pasir kedalam satu gelas air putih. Jika setelah 15 menit gejala masih dirasakan maka minum kembali segelas larutan gula atau makanan manis dan lakukan pengecekan kadar gula darah secara mandiri.
Selalu siapkan makanan atau obat-obatan pereda gejala dimanapun anda berada. Hal ini terutama ketika seorang pasien DM sedang berolahraga. Olahraga merupakan salah satu kegiatan yang baik bagi pasien DM terutama pasien DM dengan obesitas untuk menurunkan berat badannya, namun perlu diperhatikan bahwa olahraga yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan hipoglikemi sehingga pasien harus selalu menyiapkan makanan manis seperti permen untuk berjaga-jaga.
Perlu diperhatikan apabila muncul gejala hipoglikemi berat seperti gangguan penglihatan, kejang hingga hilang kesadaran, maka segeralah bawa pasien ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan terapi darurat.
Demikianlah penjelasan mengenai bahaya hipoglikemi yang tidak kalah penting dari hiperglikemi dan harus mendapat perhatian lebih. Tapi jangan salah, hipoglikemi juga bisa terjadi pada orang yang tidak memiliki penyakit DM loh. Orang-orang yang sedang berpuasa tapi tidak sahur namun aktivitas tinggi, kurang asupan glukosa dan olahraga berlebihan juga dapat mengalami hipoglikemi. Oleh sebab itu penting bagi kita untuk menjaga kadar gula darah yang seimbang dan optimal karena sesuatu yang terlalu banyak atau terlalu sedikit itu tidak baik. Kadar gula yang optimal lah yang terbaik.
Referensi
Journals:
- Journal titled, “Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus” by Depkes RI. Published by Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI: Indonesia, on 2005.
- Journal titled, “Pharmacotherapy Handbook, 9th Ed” by Dipiro, J., Wells, B. J., Schwinghammer, T. L., and Dipiro, C.V. Published by McGraw and Hill: USA, on 2015.
- Journal titled, “Effects of Alcohol on Plasma Glucose and Prevention of Alcohol-induced Hypoglycemia in Type 1 Diabetes – A Systematic Review with GRADE” by Tetzschner, R., Norgaard, K., and Ranjan, A. Published by Wiley Online Library (vol.34 (3)), on 2017.